Selasa, 23 Februari 2016

Ujian Kenaikan Tingkat Sabuk

Ujian Kenaikan Tingkat Sabuk Perguruan Kungfu Naga Sakti Indonesia se-Tapanuli diadakan pada hari Sabtu-Minggu, 27-28 Februari 2016 di Toba Samosir.

Ujian Kenaikan Tingkat Sabuk Perguruan Kungfu Naga Sakti Indonesia se-Kota Medan diadakan pada hari Minggu, 20 Maret 2016 di Medan Helvetia.

Senin, 08 Februari 2016

SEJARAH PERGURUAN KUNGFU NAGA SAKTI INDONESIA

Salam Perguruan Kungfu Naga Sakti Indonesia !!! Hidup !!! Maju !!! Jaya !!!


Perguruan ini lahir pada tanggal 24 April 1989, dari daya cipta dan imajinasi seorang putera asli Indonesia, Guru Besar Perguruan Kungfu Naga Sakti Indonesia, Bapak Parade Manurung,BA di Lumban Nabegu Tanah Bertuah ( Hasahatan Desa Jonggi Manulus Kecamatan Porsea Kabupaten Tapanuli Utara atau Kecamatan Parmaksian Kabupaten Tobasamosir sekarang ). melalui perenungan Beliau, Beliau menamai beladiri ciptaannya dengan nama Kungfu Naga Sakti Indonesia yang bersimbolkan perpaduan Kuda-kuda berkepal tinju, Naga yang kuat, sepasang pedang dan golok yang memberikan arti simbol ini yaitu bahwa beladiri ini lahir dengan semangat melatih keahlian tangan kosong dan senjata beladiri, akan kuat dan berwibawa. Sebagai anak petani dari desa terpencil, yang ditempa diatas lumpur persawahan dan jeli melihat situasi sekeliling, Beliau membuat motto Perguruan ini yang juga merupakan motto hidup Beliau yaitu "Jadilah Ilmu Padi". itulah tujuan beladiri yang Beliau cipta ini, semakin berisi semakin merunduk.

Perguruan Kungfu Naga Sakti Indonesia, bertumbuh, berkembang dan menyebar keberbagai daerah di Nusantara dengan proses yang sangat panjang. Ditandai dengan latihan perdana di Gedung Putih Perguruan Kungfu Naga Sakti Indonesia yang langsung dipimpin oleh Bapak Parade Manurung,BA. Seluruh rangkaian latihan pertama langsung dipimpin oleh Beliau sebagai pendiri dan Pencipta Perguruan ini.

Dengan semangat juang dan latihan yang keras, Beliau berhasil menghasilkan beberapa kombinasi gerakan beladiri baik menggunakan tangan kosong maupun menggunakan senjata beladiri. Hasil latihan itu Beliau susun secara bertahap dan teliti sesuai dengan tingkat kesulitannya. Beliau menyusun kombinasi materi latihan secara teratur. Merancang kurikulum latihan selama setahun dengan membaginya menjadi dua semester baru ujian akhir naik tingkat. setiap tingkat atau sabuk belajar atau latihan dua jurus secara bersamaan, tangan kosong dan menggunakan senjata beladiri.

Beliau tidak serta merta berpuas dengan sebatas menciptakan jurus-jurus rahasia yang efektif dan mematikan dalam pertarungan. Beliau juga ingin menghasilkan sebuah karya yang sempurna, gerakan yang cepat dan dibarengi oleh fisik yang kuat, Beliau mendapat ilham untuk memasukkan materi pernafasan sebagai bagian dari latihan, dengan pertimbangan yang matang Beliau memasukkan materi pernafasan itu sejak sabuk biru atau tingkat dua. Beliau juga mengerti benar bahwa segala sesuatu harus diuji dan dievaluasi. Jurus yang dilatih harus diuji dan tentu sebagai beladiri, jurus-jurus yang dilatih harus diuji dengan pertarungan. latihan pernafasan diuji dengan mencoba kematanganya dengan pemecahan benda-benda keras seperti Batu Bata, Genteng, Riol, Balok Es dan Kikir.

Sebagai ilmu beladiri yang bermula dan berasal dari kombinasi perenungan, imajinasi, latihan dan kearifan lokal. Sebagai ciptaan Tuhan, yang memiliki kemampuan persambungan pertalian bathin dengan para leluhur, Beliau memasukkan keahlian khusus kebathinan sebagai materi latihan khusus yang hanya diturunkan kepada murid yang telah teruji dan telah lolos dengan serangkaian ujian. Sebagai manusia terdidik yang mengecap pendidikan tinggi, Bapak Guru Besar bercita-cita agar beladiri yang Beliau ciptakan ini akan dikenal orang, dan akan digunakan orang untuk menjadi pendekar-pendekar sejati yang berkepribadian luhur dan benteng untuk melindungi diri dari berbagai macam ancaman.  Beliau juga menginginkan bahwa siapapun yang mempelajari dan mendalami beladiri yang Beliau cipta ini, haruslah memiliki jatidiri. Beliau mengharapkan bahwa setiap murid yang berlatih akan menjadi pendekar memiliki jiwa seperti kesatria. Kesatria yang Beliau impikan itu adalah kesatria yang menjungjung tinggi hakekat Pancasila, menghormati perguruan maupun perguruan lainnya, membela yang yang lemah, membina persahabatan, tidak takabur dan sombong.

Beliau paham betul akan arti kebersamaan, arti keseragaman, arti kekompakan, arti kesatuan. beladiri ini Beliau atur menggunakan seragam latihan celana hitam dan baju kaos putih, lengkap pakai sepatu hitam dan kaos kaki putih serta memakai sabuk sebagai simbol tingkatan yang dililitkan dipinggang. Kaos latihan dengan lambang perguruan di depan sebelah kiri dan di punggung, ujung sabuk dengan simbol perguruan. Untuk menambah wibawa murid yang telah mencapai jenjang tingkat enam, sabuk Merah ke atas, memakai jubah sebagai simbol kematangan dan kemurnian jiwanya. Jubah berwarna kuning yang dihiasi dengan lis merah yang mengandung arti kemuliaan seperti emas yang dibekali dengan keberanian.  Tingkat 1-4 memakai celana hitam polos, tingkat 5 memakai celana hitam dengan dua lis kuning disisi luar dan satu lis disisi dalam, tingkat 6 keatas memakai celana hitam dengan dua lis merah disisi luar dan satu lis disisi dalam. Sabuk juga diatur. Tingkat 1 Sabuk Hijau, Tingkat 2 Sabuk Biru, Tingkat 3 Sabuk Coklat, Tingkat 4 Sabuk Kuning, Tingkat 5 Sabuk Orange, Tingkat 6 Sabuk Merah, Tingkat 7 Sabuk Hitam, berikutnya Hitam Bintang 1 sampai dengan 7. Penyandang Sabuk tertinggi adalah Guru Besar yaitu Hitam Bintang 7. Untuk penyeragaman dan peneguhan kehormatan, maka sabuk hanya dikeluarkan oleh Perguruan.

Perguruan ini didirikan oleh Beliau dengan semangat dan cita-cita yang luhur yaitu memperbekali setiap anak bangsa dengan beladiri yang baik, menjauhkan anak-anak muda dari kenakalan dan tindakan-tindakan negatif lainnya yang meresahkan, sebagai media memasyarakatkan semangat berolahraga sejak dini, membangun mentalitas anak bangsa yang sehat dan kuat serta menyeimbangkan antara otak dan otot, Perguruan yang memegang erat rasa persaudaraan yang kuat dan kesatuan yang kokoh. Tempat para pendekar sejati, persaudaraan yang saling menjaga, saling mengingatkan dan saling menumbuhkan.

“ JADILAH ILMU PADI “